Kenapa Tiramisu Begitu Populer? Ini Fakta Budaya di Baliknya
Dikutip dari kokikecil.id, Tiramisu merupakan salah satu dessert khas Italia yang paling dikenal secara global. Dessert ini tidak hanya populer karena rasanya, tapi juga karena nilai sejarah dan budayanya.
Google Trends menunjukkan pencarian terhadap kata "tiramisu" meningkat signifikan dalam lima tahun terakhir. Di Indonesia, pencarian mencapai puncaknya menjelang momen seperti Natal dan Idul Fitri.
Data dari TasteAtlas menempatkan tiramisu di peringkat lima besar makanan penutup paling populer di dunia per 2024. Capaian ini tidak terjadi begitu saja, melainkan hasil dari perpaduan sejarah, budaya, dan daya adaptasi kuliner yang luar biasa.
Asal Usul Tiramisu: Dari Tradisi Hingga Kontroversi
Tiramisu memiliki asal-usul yang masih diperdebatkan. Banyak sejarawan kuliner mengaitkannya dengan daerah Treviso di Italia Utara. Di sana, sebuah restoran bernama Le Beccherie diklaim sebagai tempat pertama kali tiramisu dibuat pada tahun 1971.
Roberto Linguanotto, seorang chef yang bekerja di restoran itu, dikatakan meracik tiramisu dengan bantuan pemilik restoran Alba di Pillo. Kombinasi espresso, ladyfinger (biskuit savoiardi), mascarpone, dan bubuk kakao menjadi dasar rasa yang dikenal hingga kini.
Namun, ada narasi sejarah alternatif yang lebih kelam namun menarik. Beberapa sumber menyebut tiramisu dulunya disajikan di rumah bordil pada abad ke-19 sebagai makanan yang meningkatkan energi.
Klaim lainnya datang dari wilayah Siena, di mana dessert sejenis konon disajikan untuk menghormati Cosimo III de' Medici pada abad ke-17. Meski tidak seidentik dengan tiramisu modern, kemiripan unsur kopi dan keju menjadi dasar kemunculan teori ini.
Perbedaan versi asal-usul ini menandakan satu hal: tiramisu memiliki keterikatan erat dengan sejarah dan kebudayaan masyarakat Italia, baik secara aristokrat maupun rakyat biasa.
Nama "Tiramisu" dan Maknanya
Nama "tiramisu" berasal dari frasa Italia tirami su, yang berarti "angkat aku" atau "semangatkan aku". Frasa ini punya makna literal dan simbolik.
Secara literal, tiramisu mengandung kafein dari kopi dan gula sebagai penambah energi. Secara simbolik, tiramisu membawa rasa gembira dan kesan mewah bagi siapa saja yang menyantapnya.
Makna ini pula yang membuat tiramisu mudah diterima di berbagai budaya. Ia bukan hanya makanan, tetapi perasaan yang dikemas dalam rasa.
Komposisi Tradisional dan Ciri Khas Rasa
Tiramisu disusun dari beberapa komponen utama yang saling melengkapi:
Biskuit ladyfinger yang dicelupkan ke dalam kopi espresso
Campuran kuning telur, gula, dan keju mascarpone
Lapisan atas berupa bubuk kakao
Perpaduan ini menghasilkan tekstur lembut dengan aroma kopi yang kuat. Rasa manis dan pahit berpadu dalam keseimbangan yang pas.
Dalam beberapa resep, ditambahkan alkohol seperti amaretto atau marsala untuk memperkaya rasa. Namun, versi tanpa alkohol juga tetap populer, khususnya di negara-negara dengan mayoritas penduduk Muslim.
Tiramisu dalam Budaya Populer
Popularitas tiramisu tidak hanya tumbuh di dapur, tetapi juga dalam budaya populer. Salah satu momen yang mendorong penyebarannya secara luas terjadi pada tahun 1993.
Dalam film Sleepless in Seattle, karakter yang diperankan oleh Tom Hanks menyebut tiramisu sebagai dessert yang "misterius". Sejak itu, tiramisu menjadi bahan pembicaraan di Amerika Serikat dan mendorong restoran-restoran untuk menyajikannya.
Sejumlah acara memasak dan kompetisi kuliner dunia juga kerap menampilkan tiramisu sebagai tantangan resep klasik. Misalnya, dalam MasterChef, The Great British Bake Off, hingga Iron Chef.
Tiramisu menjadi representasi dessert Italia yang berkelas, namun tetap bisa dinikmati secara universal. Ia hadir sebagai comfort food yang juga mengandung unsur prestige.
Fakta Budaya Unik Seputar Tiramisu
Hari Tiramisu Sedunia Setiap 21 Maret diperingati sebagai Hari Tiramisu Sedunia. Italia secara resmi menjadikannya sebagai bentuk penghormatan terhadap dessert warisan budaya mereka.
Di hari ini, restoran-restoran di Italia menyajikan variasi tiramisu, mulai dari resep klasik hingga inovasi modern seperti tiramisu matcha atau tiramisu buah-buahan.
Pencapaian Rekor Dunia Tiramisu telah mencetak dua rekor dunia:
Tiramisu terbesar, seberat 3.015 kg, dibuat pada 2015 di Gemona del Friuli, Italia.
Tiramisu terpanjang, sepanjang 273,5 meter, dibuat di Milan tahun 2019.
Kedua rekor tersebut bukan hanya perayaan rasa, tetapi juga bentuk kebanggaan terhadap budaya kuliner lokal.
Alasan Tiramisu Begitu Populer
Rasa yang Universal Cita rasa tiramisu cocok di berbagai lidah. Komposisinya seimbang antara manis, gurih, dan pahit.
Kopi dan cokelat adalah bahan yang disukai lintas budaya. Hal ini mempercepat penyebaran tiramisu sebagai dessert global.
Mudah Dimodifikasi Tiramisu sangat fleksibel. Saat ini banyak versi yang dibuat sesuai preferensi lokal, seperti:
Tiramisu matcha di Jepang
Tiramisu durian di Asia Tenggara
Tiramisu stroberi di Prancis dan Jerman
Semua tetap mempertahankan esensi rasa asli.
Visual Menarik dan Estetik Lapisan-lapisan dalam tiramisu menciptakan tampilan visual yang memukau. Hal ini membuatnya sangat cocok dipromosikan melalui media sosial.
Banyak food blogger menjadikan tiramisu sebagai konten andalan di Instagram dan YouTube.
Nilai Budaya yang Kaya Tiramisu bukan hanya makanan. Ia adalah cerita tentang masa lalu, transisi sosial, dan kebanggaan kuliner bangsa.
Makanan ini memicu nostalgia, perayaan, dan sekaligus pencapaian. Kombinasi tersebut menjadikannya lebih dari sekadar dessert.
Tiramisu sebagai Representasi Budaya Modern
Tiramisu adalah cermin dari bagaimana makanan bisa menjadi duta budaya. Ia lahir dari sejarah lokal, berkembang dalam pasar global, dan tetap mempertahankan ciri khasnya.
Dari Italia ke Asia, dari film ke dapur rumahan—tiramisu telah menjadi bagian dari pengalaman kuliner masyarakat dunia.
Popularitasnya bukan sekadar tren. Ia dibangun dari kekuatan rasa, nilai sejarah, dan kemampuan beradaptasi dengan budaya lain.
Posting Komentar untuk "Kenapa Tiramisu Begitu Populer? Ini Fakta Budaya di Baliknya"